Saturday, June 16, 2007

Mengenal Meteor

Jika kita mengamati langit malam pada waktu yang lama maka pada kesempatan yang tidak diduga-duga kita akan mendapati garis cahaya yang terbentuk dengan cepat kemudian menghilang. Biasanya cahaya ini berwarna kuning keemasan atau putih. Lintasan cahaya terang ini biasa disebut sebagai meteor.

Bagi orang kota, menyaksikan bintang jatuh adalah pengalaman spiritual tersendiri. Hal ini dapat dimaklumi karena cahaya lampu kota telah memakan sebagian besar keindahan langit yang berasal dari cahaya benda langit sehingga memandang langit menjadi hal yang langka.

Hal ini pula yang menyebabkan beberapa orang berhalusinasi melihat benda terbang yang tidak dikenal, lalu mengklaimnya sebagai penampakan kendaraan makhluk luar angkasa. Sebenarnya tidak demikian.

Meteor, yang di Indonesia sering disebut sebagai bintang jatuh, adalah lintasan cahaya hasil gesekan benda langit yang tergesek atmosfer Bumi. Seperti yang kita ketahui bahwa di luar angkasa terdapat banyak sekali benda yang terbang bebas dengan ukuran sebesar debu hingga beberapa meter, kita sebut mereka meteoroit. Meteorit pada suatu kesempatan dapat tertarik oleh gravitasi Bumi sehingga jatuh ke Bumi. Sebelum sampai di permukaan Bumi, meteroit harus berhadapan dengan atmosfer Bumi yang sangat tebal (mencapai 500 kilometer). Atmosfer akan menghambat laju meteoroit dengan menggesek permukaan meteorit. Gosokan ini sedemikian hebatnya sehingga permukaan meteorit menjadi panas lalu menguap dengan cepat dan menghasilkan cahaya. Cahaya ini terbentuk sesuai lintasan jatuh meteorit. Lintasan cahaya tersebut kita kenal sebagai meteor.

Meteor terjadi ketika meteoroit tergesek oleh atmosfer Bumi

Meteor biasanya terjadi pada ketinggian 80 hingga 100 km. Namun sebgian besar cahaya tersebut terjadi pada ketinggian 95 km. Meteor jatuh dengan kecepatan mencapai 72 km/detik. Namun kecil sekali kemungkinan bagi meteor jatuh ke Bumi.

Beruntung sekali terdapat kesempatan-kesempatan istimewa untuk menikmati meteor dalam jumlah yang banyak dalam satu malam. Peristiwa terlihatnya banyak meteor dalam satu malam kita kenal sebagai hujan meteor.

Hujan meteor terjadi pada daerah-daerah tertentu pada langit malam. Jika terjadi maka kita akan melihat kilatan cahaya yang muncul secara intensif dan menyebar seolah-olah berasal dari satu titik tertentu. Titik tertentu ini kita kenal sebagai radian, bisa diartikan sebagai arah asal.

Penamaan peristiwa hujan meteor sesuai dengan rasi dimana radian berada kemudian diberi akhiran "id".

Uniknya, fenomena hujan meteor memiliki keterkaitan dengan komet. Beberapa komet melintas dekat sekali dengan orbit Bumi. Jejak lintasan komet akan diisi oleh debu yang berasal dari komet itu sendiri. Debu-debu sisa komet inilah yang kemudian melayang-layang di orbit Bumi. Ketika Bumi melintas pada daerah yang berdebu maka Bumi akan menarik debu tersebut ke dalam atmosfernya dan terciptalah meteor.

Contoh radian pada hujan meteor Perseid (sumber foto: www.astronomy.com)

Fenomena radian bisa dijelaskan sebagai ilusi geometri. Sebenarnya meteorit-meteorit (yang pada kasus hujan meteor adalah debu sisa komet) jatuh dalam posisi yang saling sejajar. Namun karena komet berasal dari daerah yang lebih jauh dari pengamat dan jatuh mendekati pengamat maka formasi sejajar itu terlihat menyebar. Ilusi semacam ini bisa dilihat juga pada lintasan rel kereta api. Semakin jauh rel kereta api dari mata maka rel akan terlihat saling mendekat. Padahal keadaan sebenarnya rel kereta tersebut adalah saling sejajar.

Berikut nama-nama fenomena hujan meteor beserta waktu kejadiannya:

NAMA | WAKTU | KOMET
Andromedid | Pertengahan November | Biela
Delta Aquarid | Akhir Juli | Tidak diketahui
Draconid | Pertengahan Oktober | Giacobini-Zinner
Eta Aquarid | Awal Mei | Halley
Geminid | Pertengahan Desember | Tidak diketahui
Leonid | Pertengahan November | Temple
Lyrid | Pertengahan April | 1861 I
Orionid | Pertengahan Oktober | Halley
Perseid | Pertengahan Augustus | 1862 III
Taurid | Awal November | Encke
Ursid | Pertengahan Desember | Tuttle

Pengamatan hujan meteor baik dilakukan dini hari menjelang pagi. Alasannya berhubungan dengan gerak Bumi. Bumi mengelilingi Matahari dengan arah searah jarum jam. Pada saat yang bersamaan Bumi juga berputar pada sumbunya dengan arah dari barat ke timur. Revolusi Bumi menyapu debu sisa komet, pada saat bersamaan rotasi menambah efek sapuan sehingga menjadi lebih cepat. Dengan gerak khas seperti ini maka fenomena hujan meteor akan terlihat memuncak pada penghujung malam -yakni pengamat persis berada pada daerah dimana debu sisa komet tersapu atmosfer akibat gerak revolusi dan gerak rotasi Bumi.

Puncak hujan meteor terjadi setelah lewat dini hari menjelang pagi

Ada beberapa tips untuk mengamati hujan meteor. Tips ini sekaligus ingin menghapus beberapa anggapan yang salah mengenai teknik pengamatan meteor.
1. Jangan menggunakan teleskop, gunakan mata anda. Fenomena meteor terjadi dalam waktu singkat dan pada daerah yang acak. Karena itu menggunakan teleskop akan mengurangi medan pandang yang dapat anda nikmati dan menghambat kemampuan anda untuk berpindah dari daerah langit yang satu ke daerah langit yang lain.
2. Berkonsentrasilah pada daerah langit tertentu, tatap untuk waktu yang cukup lama. Dengan berkonsentrasi dan bersabar maka peluang anda untuk memergoki hujan meteor akan lebih besar. Utamakan untuk melihat pada daerah sekitar radian.
3. Posisi terbaik untuk melakukan pengamatan meteor adalah berbaring atau duduk bersandar.
4. Catatlah jumlah meteor yang anda lihat, waktu pengamatan, rentang waktu pengamatan, dan daerah langit yang anda lihat. Kemudian laporkan hasil pengamatan anda kepada asosiasi pengamatan meteor. Dengan begini maka anda telah berkontribusi dalam upaya pencacahan meteor.
5. Untuk menikmati meteor yang lebih banyak maka lakukan pengamatan pada puncak hujan meteor. Waktu puncak ini dapat anda ikuti pada situs-situs astronomi.
6. Selama pengamatan gunakan jaket tebal dan hangatkan diri anda dengan secangkir kopi panas. Mengamat bersama teman atau pasangan adalah ide yang baik.

Selamat mengamat!

No comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More