Setelah sekian lama tidak menghirup udara malam demi sebuah sesi pemotretan, akhirnya pada malam selasa minggu pertama Oktober saya kembali mengamat. Peralatan yang digunakan adalah standar pemotretan seperti sebelumnya. Di badan teleskop Celestron Nexstar GPS 8" tercangkok kamera Nikon D70.
Tetapi ada satu yang beda kali ini. Pengamatan yang dilakukan secara remote. Setelah dilakukan pointing (pengarahan ke bintang) telekop dibiarkan untuk tracking (menjejaki) bintang secara otomatis. Sementara itu kamera yang menempel di badan teleskop dihubungkan ke komputer dengan menggunakan kabel USB.
Remote imaging ini terjadi berkat adanya perangkat lunak ImagesPlus yang telah terinstal di komputer. Dengan perangkat lunak ini proses melepas shutter dilakukan secara otomatis dari jarak jauh. Hasilnya lumayan, selain gambar yang bebas getar, pemotret tentu tidak perlu berdingin-dingin sepanjang malam.
Data yang diperoleh langsung diproses sebagai bahan evaluasi untuk pemotretan berikutnya. Beberapa data untuk kepentingan evaluasi saya tampilkan sbb:
Kenapa langit berwarna biru?
Atmosfer menghamburkan cahaya Matahari, menyisakan keelokan biru buat mata kita.Atmosfer menghamburkan cahaya Matahari, menyisakan keelokan biru buat mata kita.
Celestron AstroMaster 130EQ
Teleskop ini cocok untuk pemula astronomi meski belum memiliki penggerak otomatis..
Monumen astronomi bernama Borobudur
Lebih satu milenium lalu, candi Buddha ini adalah rumah ibadah sekaligus observatorium.
Tuesday, October 3, 2006
Subscribe to:
Posts (Atom)